Langsung ke konten utama

Pemeriksaan HCG Metode Latex

I.            TUJUAN

1.  Mahasiswa mampu mendeteksi HCG dalam urine dengan metode latex agglutination dan Immunokromatografi.

2.      Mahasiswa mampu  mengetahui kadar HCG pada sampel urin

3.  Mahasiswa mampu mengetahui kehamilan seseorng lewat pemeriksaan kadar HCG pada urin dengan metode aglutinasi latex dan Immunokromatografi.

II.            DASAR TEORI

A.    Metode aglutinasi latex

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh hampir semua wanita. Jika sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi pembuahan sehingga dapat menyebabkan kehamilan. Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-hormon somatotropin, estrogen dan progesteron.(Harti, dkk. 2013)

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah substansi protein (hormon) glycoprotrein yang disekresikan plasenta yang berkembang tak lama setelah proses fertilisasi/pembuahan. Pada kehamilan normal, HCG dapat dideteksi dalam serum 7 hari setelah pembuahan, bertambah dua kali lipat setiap 1,3-2 hari. Fungsi HCG salah satunya untuk menjaga rahim selama masa kehamilan dengan merangsang produksi progesteron. Progesteron menyiapkan rahim untuk kehamilan. Kadar hcg yang lebih tinggi pada ibu hamil biasanya terjadi pada hamil kembar atau hamil anggur ( mola). .(Marliana dan Widhiasih. 2018)

Pada saat periode menstruasi pertama, konsentrasi HCG sekitar 100 mlU/mL dan mencapai puncak 100.000-200.000 mlU/mL yang terlihat di trimester pertama. HCG muncul segera setelah pembuahan dan kenaikan konsentrasi selama awal pertumbuhan kehamilan menjadikannya sebuah penanda yang sangat baik untuk deteksi awal kehamilan. Tingkat HCG serum sebanding dengan yang diamati pada awal kehamilan juga dapat dikaitkan dengan trofoblas atau neoplasma nontrophoblastic seperti mola hidatidosa, koriokarsinoma; untuk itu, kemungkinan penyakit tersebut harus disingkirkan sebelum dianggap hasil diagnostik HCG positif untuk kehamilan. Tes kehamilan dengan metode direk aglutinasi lateks yang cepat untuk mendeteksi HCG pada tingkat 0.3 IU/mL atau lebih tinggi. Tes ini menggunakan antibodi monoklonal terhadap HCG. Adanya HCG dalam urin akan menghasilkan aglutinasi dari reagen lateks dalam waktu 2 menit.(Marliana dan Widhiasih. 2018)

Beberapa pemeriksaan laboratorium guna mendeteksi HCG, meliputi: Diagnosis kehamilan, deteksi kehamilan ektopik, penyakit Trofoblastik Gestasional (Gestational Trophoblastic Disease), Germ Cell Tumors, Skrining Prenatal (Prenatal Screening). HCG membantu memelihara korpus luteum dan menstimulasi produksi hormon progesteron selama 6 hingga 8 minggu pertama setelah konsepsi (pembuahan). Kadar HCG pada umumnya harus berlipat ganda setiap 2 hingga 3 hari. Konsentrasi HCG dalam serum wanita hamil biasanya sebesar 10-50 mIU/mL selama seminggu setelah konsepsi. Apabila setelah menunjukkan hasil negatif setelah dilakukan tes kehamilan, maka pengujian harus diulang kembali dalam waktu seminggu. Kadar HCG mencapai puncak kira-kira 2-3 bulan setelah periode menstruasi terakhir. (Mulyanto dan Wardani. 2020)

B.     Metode immunokromatografi

Human chorionic gonadotropin (hCG) biasa dikenal sebagai "Hormon kehamilan" karena disintesis oleh trofoblas, sel yang berkontribusi pada perkembangan plasenta dan mempromosikan implantasi embrio. Dengan demikian, hCG meningkat selama beberapa minggu pertama kehamilan , bila dapat dideteksi dalam darah dan urine ibu hamil. Selain itu, hCG dapat diproduksi oleh tumor ganas tertentu, ketinggian dikaitkan dengan kuman tumor sel ovarium dan testis serta koriokarsinoma, jenis kanker langka yang disebabkan oleh transformasi keganasan dari sel trofoblas. Pada tumor ini, tes hCG direkomendasikan sebagai bantuan untuk diagnosis, prognosis, pemantauan respons terhadap terapi, dan deteksi kekambuhan. (Steven, S.D and Miler, L.E. 2016).

Beberapa merk kit reagen ICT dapat digunakan untuk mendeteksi hormon hCG ( human Chrorionic Gonadotropin) dalam urin secara kualitatif dengan metode imunokromatografi yang cepat dan sensitif guna membantu diagnosa kehamilan lebih dini. Hormon hCG merupakan suatu substansi protein pada wanita yang diproduksi segera setelah terjadinya fertilisasi (pembuahan). Hormon ini dibentuk oleh trofoblast dan akan meningkat pada hari 9-12 sejak ovulasi. Pada kehamilan dini kadar hCG pada kadar 0.1 IU/mL dan meningkat mencapai puncak pada hari 60-70 kehamilan. Penetapan kadar hCG dalm urin berfungsi sebagai indikator kehamilan. Selain itu hCG berfungsi dalam mempertahankan korpus luteum (merupakan jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron). Progesteron berfungsi untuk memelihara dan mempertahankan proses kehamilan (Marliana dan Widhyasih. 2018).

Metode imunokromatografi merupakan salah satu cara kualitatif guna mengetahui keberadaan hCG sebagai deteksi awal kehamilan. Metode ini menggunakan test strip atau cassete yang berisi antibodi monoklonal (Mab) anti HCG sebagai zona tes yang dilekatkan pada lateks berwarna merah sedangkan zona kontrol adalah anti hCG dari IgG mouse antibody. Pengujian imunokromatografi menggunakan kaset dilakukan dengan cara penambahan spesimen urin pada sumuran spesimen kaset selanjutnya diamati pembentukan garis warna. Spesimen bermigrasi melalui kapiler sepanjang membran untuk bereaksi mewarnai konjugat. Hasil positif ditandai dengan adanya warna spesifik pada antibodi konjugat sedangkan tidak adanya garis warna menandai hasil pengujian negatif. Garis warna akan selalu muncul pada zona kontrol apabila pengujian telah dilakukan dengan benar. (Mulyanto dan Wardani. 2020).

III.            METODE

Aglutinasi Latex dan Immunokromatografi

IV.            PRINSIP

A.    Metode aglutinasi latex

hCG yang terdapat dalam urin bereaksi dengan anti hCG yang terikat pada partikel lateks. Reaksi ini ditunjukkan dengan adanya aglutinasi pada partikel lateks.

B.     Metode immunokromatografi

hCG akan terbawa bersama urin sebagai fase gerak. hCG akan berikatan dengan “antibodi anti-hCG konjugat emas”. Ikatan kompleks tersebut akan terus terbawa dengan fase gerak sampai area tes dan kontrol yang akan ditangkap oleh antibodi anti-IgG yang tidak bergerak (immobile). Ikatan tersebut akan merangsang reaksi warna.

V.            HARGA NORMAL

A.    Metode aglutinasi Latex              : 0,3 IU/mL

B.     Meode Immunokromatografi       : Negative

VI.            HASIL PEMERIKSAAN

A.    Metode aglutinasi lateks

sampel probandus
sampel lab 



Keterangan sampel kelompok: Aglutinasi terakhir terjadi pada kolom no 5 (1/16) strip atas, maka dari itu kadar HCG pada sampel urin tersebut adalah 4,8 UI/mL.

Keterangan sampel lab:  Kontrol positif, kontrol negative, dan sampel.

B.     Metode Immunokromatografi



Keterangan :

   ·         Strip sebelah kiri (Ny. Nila) memiliki hasil garis 2 (zona control dan         test) yang menandakan bahwa sampel urin positif mengandung hcg.

   ·       Sampel lab tidak mengandung hcg ditandai dengan tidak munculnya         garis di zona test

VII.            PEMBAHASAN

A.    Metode aglutinasi latex

Berdasarkan hasil praktikum untuk mendeteksi adanya HCG dalam urine wanita yang diduga hamil menunjukkan adanya aglutinasi setelah dilakukan pencampuran dengan reagen latex dan larutan NaCl 0,9 %. Hal ini menandakan bahwa probandus (Ny. Nila) dinyatakan positef hamil. Aglutinasi ini terjadi karena agregasi partikel yang terlihat yang disebabkan oleh kombinasi dengan antibodi spesifik. Antibodi yang menghasilkan reaksi semacam itu sering disebut agglutinin. Karena reaksi ini berlangsung di permukaan partikel, pasti ada antigen yang terpapar dan mampu berikatan dengan antibodi. (Steven, S.D and Miler, L.E. 2016). Dalam penjelasa lain aglutinasi dapat dihambat tergantung pada inkubasi Anti HCG pasien yang diikuti oleh penambahan partikel lateks yang dilapisi dengan HCG. Jika terdapat HCG maka antibodi dapat menetralisir. Apabila tidak terdapat HCG maka terjadi aglutinasi antara anti-HCG dan HCG yang dilapisi partikel lateks.

Praktikum kali ini menggunakan 2 metode yaitu kualitatif dan semi kuantitatif. Pemeriksaan kualitatifyaitu pemeriksaan untuk mendeteksi meningkat atau tidaknya hormon hCG di dalam darah atau urine. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan alat tes kehamilan atau rumah sakit jika menggunakan sampel darah atau urine. Sedangkan pemeriksaan semi kuantitatifyaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah hormon hCG di dalam darah atau urin.. Pemeriksaan ini membutuhkan pengujian sampel di laboratorium.

Sebelum melakukan tes atau pemeriksaan pasien harus menghindari mengonsumsi cairan dalam jumlah besar sebelum menjalani tes kehamilan, karena akan memengaruhi kadar hCG dalam urine dan membuat hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat. Selain itu sebelum pasien menjalani pemeriksaan hormon kehamilan, baik melalui urine maupun darah, pasien sebaiknya memberi tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan, seperti diuretik, antihistamin, antikonvulsan, obat penyakit Parkinson, dan obat penenang, karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. (Willy. 2018)

Pemeriksaan menggunakan metode aglutinasi ini mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan yang rumit, dan dapat dilakukan sesuai kebutuhan di laboratorium tanpa harus menumpuk spesimen. (Steven, S.D and Miler, L.E. 2016). Tetapi kekurangannya adalah kita membutuhkan reagen latex untuk menentukan terjadi aglutinasi atau tidak untuk mengetahui ada atau tidaknya kadar HCG dan jumlahnya.

B.     Metode immunokromatografi

Berdasarkan hsail praktikum yang telah dilakukan, pemeriksaan hcg menggunakan metode immunokromatografi ini bertujuan untuk mengetahui kehamilan seseorang  secara dini. Metode ini menggunakan sebuah alat yang disebut strip test. Strip merupakan bantalan penyerap specimen, membran dan bantalan penyerap sisa reaksi. Bantalan penyerap specimen mengandung antibodi monoclonal Mouse- anti hCG yang dikonjugasi dengan zat warna Colloidal Gold. Zona test pada daerah membran diikat dengan antibodi Goat anti hCG dan zona kontrol dengan Goat anti mouse IgG.  Hasil positif ditandai dengan adanya warna spesifik pada antibodi konjugat sedangkan tidak adanya garis warna menandai hasil pengujian negatif. Garis warna akan selalu muncul pada zona kontrol apabila pengujian telah dilakukan dengan benar.

Pemeriksaan ini menggunakan sampel urin. Banyak yang menganjurkan tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dengan alasan bahwa urin di pagi hari mengandung konsentrasi hormon HCG yang tinggi. Hal ini memang benar, karena pada dasarnya selama tidur semalaman maka hormon HCG akan meningkat dan mengumpul dalam urin pada kandung kemih. Semakin banyak kadar HCG yang ada dalam urin, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan hasil positif bila benar-benar hamil.

Lalu bagaiamna kalau tidak sempat melakukan test dengan urin pagi atau dipagi hari? Menurut laman VerywellFamily dalam artikelnya yang berjudul ‘Why Should Early Pregnancy Tests Be Taken in the Morning?’ Jika jadwal atau keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan tes di pagi hari, ada cara untuk memastikan tes yang lebih akurat di kemudian hari. Pasien dapat membuat ulang urine pagi pertama untuk tes kehamilan dengan tidak berkemih setidaknya selama 4 jam. Hindari minum lebih banyak cairan dari biasanya. Kelebihan cairan adalah kesalahan umum, karena hal itu akan mengencerkan urin dan membuat hormon kehamilan lebih sulit dideteksi.

Selama proses berlangsung, specimen urin dihisap oleh bantalan penyerap specimen dan dan mengalir melewati daerah membrane sampai mencapai bantalan penyerap sisa rekasi dengan gaya kapiler. Di dalam bantalan penyerap specimen , hCG dalam specimen urin akan diikat oleh gold conjugate, membentuk kompleks kemudian bergerak menuju daerah membran. Antibodi Goat anti-hCG, yang terikat pada zona test akan menangkap kompleks tersebut, membentuk sebuah garis berwarna merah muda yang menunjukkan adanya hCG dalam specimen urin. Tidak terbentuknya garis pada zona tes tersebut menunjukkan tidak terdeteksinya hCG dalam specimen urin. Sebuah garis berwarna merahmuda yang tampak pada zona kontrol memastikan bahwa Pregna strip berfungsi baik. .(Marliana dan Widhyasih. 2018)

Mengutip dari buku Immunoserologi kaya Marliana dan Widhyasih dari BPPSDMK Kemenkes RI tahun 2018 hal-hal yang dapat mengganggu pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1.      Proteinuria yang menyebabkan inaktivasi anti-hCG.

2.      Penyakit imunologi yang menyebabkan reaksi positif palsu akibat adanya interaksi antara IgM dengan reagen.

3.      Kadar LH tinggi ( rangsangan pada hipofise anterior atau penggunaan obat penenang) menyebabkan reaksi positif palsu.

4.      Pasca ooforectomi, menopause, hipotiroidisme atau gagal ginjal dapat menunjukkan hasil positif palsu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI I PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN-O (ASO)

  I.       TUJUAN 1.       Mahasiswa mampu mengetahui ada tidaknya antibodi Antistreptolysin-O (ASO) dalam sampel serum. 2.       Mahasiswa mampu menentukan kadar antibody antibodi Antistreptolysin-O (ASO) dalam sampel serum (titer) 3.   Mahasiswa mampu mengetahui penyakit apa saja yang dapat disebabkan oleh bakteri Streptococcus. II.  DASAR TEORI Tes ASO mendeteksi antibodi terhadap enzim streptolysin O yang diproduksi oleh streptokokus Grup A. Enzim ini mampu melisiskan sel darah merah. Adanya antibodi terhadap streptolysin O menunjukkan infeksi streptokokus baru-baru ini pada pasien yang dicurigai mengalami demam rematik akut atau glomerulonefritis poststreptokokus setelah infeksi tenggorokan. Kadar titer ASO yang tinggi menunjukkan bahwa streptococcus memang ada dan dapat menyebabkan demam reumatik atau glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO serum dapat juga menunjukkan terjadinya infeks...

Pemeriksaan Widal

 I. TUJUAN  Mahasiswa mampu mengetahui ada tidaknya antibodi spesifik terhadap antigen Salmonella sp. dalam serum.  Mahasiswa mampu mengetahui cara pemeriksaan widal. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil dari praktikum (jumlah titer) II. DASAR TEORI       Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella typhi (S. typhi). Demam tifoid (termasuk paratifoid) disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B dan Salmonella paratyphi C. Bakteri ini termasuk Gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. Sistem imun memungkinkan tubuh mengenali benda asing (bakteri) yang memasuki tubuh dan merenspon terhadapnya. Sel limfosit B ditransformasi menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibody, dengan kemampuan yang khas terhadap protein asing tertentu atau antigen (respon...

Greetings..

Hello mates,, selamat datang di MyWallsMLT, blog ini akan berisi tentang beberapa materi dan informasi kesehatan terutama di bidang Teknologi Laboratorium Medik / analis kesehatan ya, beberapa yang akan aku tulis di blog ini adalah hasil laporan praktikum ku atau tugas makalah yang  pernah aku buat atau rangkuman materi kuliahku,,, Tapi tidak terpaku pada yang aku sebutin di atas saja kok, blog ini juga akan berisi tentang beberapa motivasi atau ceritaku,,nanti temen-temen juga bisa berbagi cerita temen-temen, entah tentang perkuliahan, percintaan, persahabatan, atau apapun itu,, Selamat membaca dan bergabung.. Salam hangat SK